Elmirats Episode 1


Daerah Istimewa Yogyakarta
Matahari bersinar cerah pagi itu, bahkan suhu di kota Yogyakarta dan sekitarnya mencapai angka 30 derajat celcius, cukup panas. Membuat siapa saja enggan untuk keluar ruangan. Tapi bagi Riyan, tak ada yang bisa menghalanginya untuk segera keluar dari kostnya. Satu hari setelah dinyatakan tidak lulus di perguruan tinggi negeri, Riyan langsung mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, ia tidak ingin menunda-nunda lagi, karena waktu pendaftaran digelombang tiga hanya tinggal beberapa hari lagi. Sebenarnya, ia telah mendaftar di sana sejak gelombang khusus akhir tahun lalu, tapi setibanya ia di Yogyakarta beberapa bulan lalu, ia memutuskan untuk kembali mencoba ke perguruan tinggi negeri.
Riyan duduk di bangku tunggu, menunggu hasil ujian masuk yang baru saja dilaksanakannya, ia optimis akan lulus, tapi terkadang pikirannya juga dihantui rasa kekhawatiran tidak lulus, mungkin salah input jawaban, mungkin jawabannya tidak terekam, atau apalah itu. Sebelum ujian dimulai, ia bertemu dengan seseorang yang juga akan mengikuti ujian, orang itu berasal dari Kalimantan, bernama Robi. Meski hanya berstatus sekolah tinggi, tapi nama kampus ini tak sekecil kampusnya. Bahkan telah berstandar internasional dan menjadi salah satu perguruan tinggi IT swasta terbaik tidak hanya di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara. Tak heran, mahasiswanya tidak hanya berasal dari pulau Jawa saja, tetapi juga hampir dari seluruh provinsi di Indonesia.
            “Huuh,” Riyan menghela nafas, masih waktu istirahat, perutnya mulai terasa lapar, namun ia tetap duduk menunggu, sambil memainkan jarinya diatas keypad ponselnya. Perasaannya masih gelisah, pasalnya saat orang tuanya menelponnya tadi malam, mereka akan menyuruhnya pulang jika tidak lulus lagi, dan itu artinya dia harus kehilangan impiannya untuk bisa kuliah di kota pelajar ini.
            Tanpa sadar, hampir 15 menit dia menunggu sejak kembali dari masjid untuk shalat zuhur, seiring rasa lapar yang semakin mengusik perutnya, Riyan menghampiri seorang wanita yang baru saja duduk di bagian customer service. Riyan menanyakan hasil ujiannya tadi, wanita itu tersenyum, kemudian mengambil setumpukan kertas, dan mencari nama Riyan. Setelah ditemukan, wanita itu mengatakan bahwa Riyan dinyatakan lulus dipilihan pertamanya, dan juga menjelaskan langkah-langkah selanjutnya, Riyan dianjurkan untuk mendaftar Pelatihan Super Unggul atau yang biasa disebut PSU, sebagai mata kuliah wajib mahasiswa baru.
            Mendengar itu, barulah ia bisa bernafas lega, harapannya untuk masuk di Teknik Informatika akhirnya terwujud. Segera ia menghubungi orang tuanya dengan bangga, meski hanya lulus di perguruan tinggi swasta, setidaknya ia bisa kuliah di kota pelajar, sebagaimana keinginannya dulu sejak SD. Dan mungkin memang disinilah jalan kesuksesannya. Setelah urusannya selesai, Riyan langsung menuju halte Trans Jogja untuk kembali ke kost.
***
            Tiga kertas manila yang sudah dipotong seukuran amplop, spidol kecil, buku, dan beberapa alat tulis, satu persatu dimasukkan Riyan kedalam tasnya, sebagai perlengkapannya untuk PSU. Dimulai hari ini hingga seminggu kedepan, ia akan mengikuti PSU, yang katanya sebagai salah satu mata kuliah wajib. Sebelum meninggalkan kamar, ia menghadap cermin, memastikan dasinya telah terpasang dengan baik. Sambil berdo’a, Riyan melangkah meninggalkan kost menuju kampus.
            Riyan sampai di kampus masih sangat pagi, kampus masih terlihat sepi, hanya ada beberapa orang satpam dan petugas kebersihan yang tengah sibuk menjalankan tugasnya dengan sigap. Sepertinya bis yang di tumpanginya hari ini datang lebih cepat. Riyan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jarum pendeknya masih menunjukkan angka 7, sementara PSU baru dimulai pukul 08.30.
            Riyan berjalan mengelilingi gedung kampus, sampai ia terhenti di sebuah gedung yang menghadap langsung ke gerbang keluar sebelah barat. Ia duduk di sebuah anak tangga di depan gedung itu yang kemudian diketahuinya dalah gedung perpustakaan. Kembali ia mengeluarkan sebuah buku yang sudah dibacanya sejak di perjalanan tadi. Riyan memang sangat senang mengisi waktu luangnya dengan membaca. Selain membaca hobi lainnya adalah seperti kebanyakan orang yang hobi membaca lainnya, yaitu menulis. Saking sukanya menulis, ia tak pernah lupa membawa buku catatan dan pena kemanapun ia pergi. Kalau tidak, ia akan menulis di ponselnya. Bahkan tak jarang ia mempostingnya di akun facebooknya.
            Parkiran kampus sudah mulai terisi dengan banyak kendaraan, Riyan mengalihkan pandangannya menuju taman parkir yang ada di hadapannya, ada beberapa orang disana. Tapi ia lebih tertarik memperhatikan dua orang yang baru saja memarkirkan kendaraannya bersebelahan. Masih terlihat agak canggung, kedua orang itu saling berjabat tangan dan berbicara, sepertinya mereka baru kenal. Riyan langsung bisa menebak dua orang itu pasti juga peserta PSU, karena memakai seragam putih-hitam, sama seperti dirinya. Dua orang itu berjalan menuju gedung kampus, ketika dua orang itu berjalan tepat dihadapan Riyan, salah satu orang itu sedikit menunduk sambil mengulas senyum , Riyan membalas dengan tersenyum. Dan setelah kedua orang itu tak lagi tampak, ia kembali melanjutnya bacaannya.
            Kembali diliriknya jam tangannya, kurang dari 40 menit lagi PSU akan segera dimulai, ia meletakkan potongan kertas disela-sela buku dan menutupnya, lalu bangkit dari duduknya dan menepuk-nepuk bagian belakang celananya, kemudian berjalan menuju gedung unit IV tempat PSU dilaksanakan.  Di depan kelas yang pertama kali ia ditemui di lantai dua, ia menghentikan langkahnya, ia duduk di kursi besi yang terletak di sisi dinding pembatas, dan kembali fokus dengan bukunya. Sesaat sebelum ia mengeluarkan bukunya, tak sengaja ia melihat dua orang yang tadi diperhatikannya di parkiran sedang sibuk menggunting kertas manila di kursi yang lain, sambil sesekali tertawa kecil.
            Beberapa menit kemudian datang seseorang berseragam satpam dengan dasi yang menggantung dari kerah bajunya. Ia mengarahkan para peserta untuk segera memasuki ruang kelas. Ruangan empat persegi itu di dominasi warna putih, sama seperti dinding luar, tapi secara keseluruhan, kampus ini diwarnai dengan perpaduan ungu muda dan ungu tua jika dilihat dari luar. Di dalam kelas itu terdapat kursi lipat yang disusun empat baris, dua baris menghadap ke utara dan dua baris lagi menghadap ke selatan. Tepat menghadap pintu masuk, tergantung sebuah layar proyektor. Yang di bawahnya terdapat meja dosen berwarna kuning kombinasi ungu dan di sebelah layar itu terdapat whiteboard.
            Karena berasal dari kampung, ini kali pertamanya Riyan melihat ruang kelas yang cukup lengkap, yang dilengkapi pendingin ruangan dan juga fasilitas multimedia sebagai penunjang belajar. Tanpa perlu dikomando, Riyan mengambil posisi di kursi nomor dua dari papan tulis pada barisan paling depan yang menghadap ke utara. Tujuannya agar dekat dengan papan tulis, sementara orang-orang lebih suka untuk memilih duduk di bangku belakang.


Bersambung ...... 
SHARE

Rizki Adrilianto

Hanya blogger sederhana yang suka hal baru di internet!! dan suka KEPO!!

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html