Matahari sudah kembali membenamkan
cahayanya di barat sejak beberapa waktu lalu. Suara langkah kaki dua orang
saling bersahutan satu sama lain. Adalah Aku bersama teman satu kostku Yoga. Kami
baru saja pulang dari masjid usai shalat Isya. Malam ini, rencananya kami ingin
pergi ke candi Borobudur untuk melihat ritual waisak. Karena aku belum pernah
pergi ke borobudur, dan sangat senang berpetualang, tentu saja ajakan Yoga
kemarin langsung aku tanggapi tanpa pikir dua kali. Aku tidak akan melepaskan
kesempatan emas ini. Sebenarnya kemarin, kami berempat sudah sampai di
borobudur, tapi ternyata acara waisak baru akan dimulai malam ini. Kami
berempatpun kembali pulang dengan perasaan sedikit kecewa.
Setelah bersiap-siap, aku dan Yoga
menuju kost As’ad. Bersama Afan, kami berempat berangkat menuju Magelang.
Setelah memarkirkan motor, kami berjalan memasuki pagar pembatas kompleks candi
borobudur. Malam itu susana cukup ramai, taman parkir terbentang luas tanpa ada
kendaraan yang terparkir, semua kendaraan di parkirkan di luar kompleks. Beberapa
kios yang tertata di sana masih terbuka dan para penjaganya tak kenal lelah
menawarkan barang dagangannya kepada semua orang yang melintas. Tanpa
memperdulikan para penjaga kios itu, kami masih saja terus berjalan, kaena
pertama kalinya aku berkunjung disini, aku hanya berjalan santai mengikuti
ketiga temanku yang sudah berpengalaman tentunya.
Langkah kakiku membawaku sampai
disebuah gerbang yang dijaga ketat oleh beberapa orang bertubuh kekar, mereka
memeriksa barang-barang bawaan para pengunjung, setelah dipastikan aman, baru
di perbolehkan untuk masuk. Sampailah kami di sebuah taman yang di tumbuhi
rumput hijau yang sangat terawat, karena malam hari, keindahan taman seolah
sedang tertidur. Semakin lama berjalan, akhirnya aku melihat sebuah bangunan
yang menjulang tinggi yang terletak beberapa meter di depan. Ya, itu adalah
candi borobudur, candi yang pernah masuk dalam 7 keajaiban dunia, yang dulu
hanya aku lihat di buku-buku pelajaran dan gambar-gambar, kini aku bisa
melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Namun sayang, ternyata keamanan candi
borobudur sangat ketat, untuk memasuki bangunan candi, kita harus melewati
gerbang lagi, dan saat itu gerbang sudah ditutup dan pengunjung tidak lagi diperkenankan
masuk.
Tak jauh dari bangunan candi ada
sebuah lapangan yang telah di padati oleh banyak orang. Belakangan kami ketahui
bahwa di tempat itulah ritual waisak dilaksanakan. Yoga menggumam pelan, dia
sedikit kecewa karena waisak tahun ini tidak di laksanakan di bangunan candi
seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami turut dalam perkumpulan orang-orang itu,
karena sudah terlalu padat, kami tidak bisa melihat apa-apa, hanya pasrah duduk
diam.
Tak terasa sudah berjam-jam kami
duduk disana, ditambah lagi waktu perjalanan dari Jogja ke Magelang. Badanku
mulai terasa lelah. Malam sudah semakin larut, dan sebentar lagi hari sudah
akan berganti. Semua orang serentak berdiri dan mendekat kearah lapangan yang
telah dipagari dengan tali plastik. Kini aku bisa sedikit mengintip kedalam,
meski dengan bersusah payah karena kondisi tanah yang tidak merata. Terlihat
beberapa orang memasuki lapangan dari arah dan berbaris rapi, orang-orang itu
akan menjadi peserta dalam penerbangan lentera.
Beberapa menit setelah semua lentera
di bagikan, para peserta bersiap-siap untuk menyalakan api dan mengikuti
intruksi dari panitia. Dalam hitungan mundur dari 10 sampai 1, lentera akan
sama-sama di lepaskan, tapi sepertinya ada beberapa orang yang sudah tidak
sabar lagi, beberapa lentera terlihat sudah mengudara dengan perlahan, saat
semua lentera telah di terbangkan, langit gelap tanpa bintang itu kini terlihat
indah dihiasi cahaya temaram dari ribuan lentera, begitu indah. Rasa lelah yang
tadi hinggap serasa telah sirna. Sepasanng bola mataku tak kuasa lepas dari
titik-titik cahaya itu. Indah memang jika kita bisa hidup damai di dunia ini
tanpa adanya peperangan antar suku apalagi agama. Ribuan orang berkumpul di
tempat ini, tempat yang dianggap suci oleh umat Budha, tapi, malam itu,
kebahagiaan tidak hanya di rasakan oleh mereka, para penganut agama Budha,
tapi, semua orang yang ada disana yang berasal dari berbeda-beda suku, bangsa,
negara, dan agama. Semuanya terpesona akan keindahan yang telah diciptakan oleh
hasil tangan manusia, tapi semua itu tentu saja atas kuasa Tuhan. Jika ciptaan
manusia saja bisa terlihat begitu indah, sungguh betapa indahnya karya cipta
Tuhan. Yang pastinya tidak akan pernah bisa di ungkapnya meski dengan ucapan
tasbih dan zikir ribuan kali.
Malam itu membawa kebahagiaan
tersendiri bagiku, pengalaman pertamaku menginjakkan kaki di candi borobudur
dan juga menikmati suasana waisak, tak ada salahnya untuk menyaksikan ritual
ibadahh agama lain, slagi kita tidak mengganggu dan ikut dalam ritual ibadah
mereka. Meski sempat terkendala saat pulang, karena ban motor kami bocor, tapi
tak merubah rasa bahagiaku saat itu. Kami tiba di kost tepat saat azan subuh
berkumandang, segera aku bersuci untuk menghadap-Nya dan berterimakasih kepada-Nya
dan menceritakan semua kebahagiaan yang telah diberikannya hari itu.
0 komentar:
Posting Komentar