beberapa hari yang lalu, saya mengikuti lomba Essay Mahasiswa di Kampus STMIK Amikom Yogyakarta dengan tema "Layakkah Amikom Menjadi Universitas?" awalnya saya sempat ragu untuk mengirimkan karya saya ini, karena membuat essay itu tidak mudah, dan ini merupakan essay pertama yang saya buat. tapi karena ada dorongan, akhirnya saya tetap mengirimkannya. dan hasilnya Alhamdulillah. Essay pertama saya ini berhasil menjadi juara pertama. berikut isi Essay lengkapnya. yang saya buat, mengambil dari berbagai sumber.
Mimpi Besar si Kampus Mungil
Oleh: Rizki Pratama
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer (STMIK) Amikom atau lebih akrab disebut Amikom, merupakan sebuah
perguruan tinggi swasta yang ada di Yogyakarta. Perguruan tinggi ini telah
berdiri sejak 11 Oktober 1994. Sejarah mencatat bahwa dahulunya Amikom berupa Akademik,
yang dibangun tanpa modal uang, hanya bermodalkan niat dan keyakinan serta
usaha yang kuat. Gedung yang digunakan sebagai tempat kuliah dulunya berada
di JL. Wolter Monginsidi No. 8, Yogyakarta dan merupakan rumah kontrakan yang
dibayar dengan cara mengangsur. Jurusan terbaiknya kala itu adalah Manjemen Informatika, dan
kini telah mendapatkan akreditasi A dari BAN-PT sejak tahun 2002 dengan SK BAN
PT Nomor: 010/BAN-PT/Ak-I/Dpl-III/VIII/2002. Sejak saat itu, Amikom mengalami
perkembangan yang begitu pesat, berkat perjuangan, keuletan dan kerja keras
pihak manajemen kampus. Amikom menambah program studi jenjang S1 dan D3, yakni
D3 Manajemen Informatika, D3 Teknik Informatika, S1 Teknik Informatika dan S1
Sistem Informasi. Sejak saat itu juga, pada 24 April 2002 Amikom resmi menjadi
Sekolah Tinggi dengan nama STMIK Amikom Yogyakarta, seperti yang kita kenal
sekarang ini.
Sejak mengubah statusnya dari Akademik menjadi
Sekolah Tinggi, kampus yang kini berada di jalan Ring Road Utara, Condong Catur
ini masih terus meningkatkan kualitasnya. Kini Amikom telah menambah kembali
program studinya dengan program internasional dan juga program Magister Teknik
Informatika (MTI). Namanya pun semakin dikenal luas, dari banyaknya penghargaan
yang berhasil diraih baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan
prestasi tingkat internasional yang pernah diraih kampus ungu ini salah satunya
adalah terpilihnya STMIK Amikom sebagai kampus percontohan A New Dynamic Private Higher Education. Kedudukannya hampir setara dengan Shantou University (Cina), Harvard
University (USA), Mulungushi
University (Zambia), The Asian
University for Women (AUW/Banglades), University
of Phoenix (USA), University of Hong
Kong (Cina) dan Linkokwing University
of Creativie Technology (Malaysia).
Selain itu, pada tahun 2009 lalu, United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization atau UNESCO memberikan sertifikat penghargaan kepada
STMIK Amikom Yogyakarta sebagai Private Entrepreneurial Model University, dan
satu-satunya perguruan tinggi swasta di Indonesia yang mendapatkan gelar
tersebut. Cukup membanggakan bukan? UNESCO menyebutkan bahwa STMIK Amikom
Yogyakarta berbeda dengan kampus swasta lainnya yang ada di seluruh Dunia, karena
pembiayaan pendidikan tidak hanya berasal dari biaya SPP, tapi juga dari unit
bisnis yang dikelola secara entrepreneur.
STMIK Amikom Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan swasta yang sama sekali
tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Selain sebagai kampus, sekolah
tinggi yang juga di kenal sebagai kampus berdasi ini tak ubahnya seperti ladang
usaha, Karena di dalamnya tidak hanya terdapat tempat kuliah saja, masih dalam
satu kompleks, banyak perusahaan atau unit bisnis yang dijadikan sebagai
laboratorium dunia kerja yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Amikom (BUMA),
diantaranya adalah RBTV, Innovation
Center Amikom, Time Excelindo, Entrepreneur Campus, PT. Mataram Surya Visi,
TE-CS Computer Shop, MQFM, GiTSolution, dan MSV Picture. Unit
bisnis atau real world lab ini yang
nantinya juga akan menjadi tempat magang bagi para mahasiswanya untuk mendapatkan
pengalaman.
Prestasi lainnya yang tidak kalah
membanggakan adalah dipilihnya STMIK Amikom Yogyakarta sebagai perguruan tinggi
terbaik untuk kategori google scholar
dalam Rangking Web of World Universities
yang dirilis Webometrics. Kategori ini
merupakan salah satu dari empat kriteria yang digunakan untuk mengukur
pemeringkatan perguruan tinggi khususnya di bidang Information and Communications Technology (ICT) dengan website sebagai proxinya.
Saat ini, berdasarkan pemeringkatan QS World university rankings dan Times Higher Education-THE 2015/2016.
Bahwa STMIK Amikom Yogyakarta berada pada urutan ke 44 dari seluruh perguruan
tinggi di Indonesia serta di posisi ke-4016 di Dunia. Sedangkan untuk jajaran STMIK, Amikom bisa dibilang
yang terbaik di Indonesia. Hal itu terukur dari jumlah
mahasiswanya yang kini mencapai kurang lebih 10.897 orang dan yang terbanyak
untuk setingkat sekolah tinggi. Nama
STMIK Amikom semakin dikenal dunia dengan lahirnya film Battle of Surabaya yang
resmi ditayangkan pada 21 Agustus 2015 silam. Bahkan trailernya saja sudah berhasil mengantongi penghargaan
internasional. Baru-baru ini, di tahun 2016 ini, film Battle of Surabaya mendapatkan Gold
Remi Award 49th Annual wordfest-houston international film festival,
dan masih ada beberapa penghargaan lainya. Film ini setidaknya sudah
berhasil melintasi antar benua.
Masih ada delapan prestasi
internasional lainnya yang pernah disabet kampus mungil ini khususnya di bidang penelitian, teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) serta kewirausahaan. Delapan prestasi tersebut ialah
dua penghargaan dari APEC Digital
Oppurtunity Center (ADOC), empat penghargaan Asia Pasific ICT Awards (APICTA), satu penghargaan dari Urbanimation International Festival dan
penghargaan dari Asean Development Citra
Award. Sedangkan di tingkat nasional, penghargaan yang diraihnya antara
lain Sumitomo Award, Indosat Wireless Inovation Contest,
Federasi Teknologi Informasi Indonesia, Indonesia
Telematics Software Association, 100 Inovasi Indonesia 2008 ristek dan
penelitian unggulan terpadu Depkominfo. Wah, ternyata kampus kecil yang masih
berkembang ini sudah memiliki banyak prestasi besar yang sangat luar biasa di
tingkat internasional sekalipun.
Dilihat dari perkembangannya, kesuksesan
Amikom dari Akademik menjadi Sekolah Tinggi memerlukan perjuangan dan kerja
keras yang tidak mudah serta memerlukan waktu yang tidak sebentar. Atas dorogan
dari Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) nampaknya
Amikom mulai optimis untuk kembali melukiskan mimpinya, yakni mengubah
statusnya menjadi Universitas. Tentu saja itu bukan hal yang mudah jika di
bandingkan seperti yang dulu mengubah statusnya menjadi Sekolah Tinggi. Memang
kedengarannya sederhana hanya mengganti nama dari Sekolah Tinggi ke Universitas,
tapi di balik semua itu memerlukan kerja yang sangat keras, sama halnya seperti
wisuda, yang kita lihat hanya memindahkan tali toga saja, tapi perjuangannya untuk
bisa kesana, memerlukan usaha yang tidak main-main.
Berita tentang rencana Amikom yang
akan menjadi Uniersitas, telah tersebar di seluruh lingkungan kampus, yang
tentu saja memberikan kabar baik bagi seluruh karyawan dan juga civitas
akademik STMIK Amikom Yogyakarta. Tapi, seperti
yang sudah dikatakan di atas, untuk mewujudkan mimpi itu tidaklah mudah, tidak
lagi cukup hanya bermodalkan niat dan keyakinan. Di perlukan kerja keras, do’a,
dan kerja sama yang baik serta dukungan dari pihak lainnya. Jangan hanya
melihat dari banyaknya prestasi yang telah di raihnya, karena sebenarnya tanpa
kita sadari, ternyata STMIK Amikom Yogyakarta juga memiliki kekurangan. Karena
memang begitulah hak mutlak Tuhan yang menciptakan sesuatu selalu berimbang,
setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan.
Sekarang kita tinjau terlebih dahulu beberapa
kriteria universitas menurut Kemen-ristekdikti. Sesuai undang-undang, perubahan
bentuk menjadi universitas sama dengan pendirian sebuah universitas baru, salah
satunya adalah bagi PTS telah meluluskan sekurang-kurangnya 5 (lima) angkatan dengan ketentuan semua ujian
yang diselenggarakan dalam satu tahun
akademik dihitung sebagai 1(satu) angkatan ujian. Selain itu, Universitas minimal memiliki 10 prodi ( prog. S1 dan /atau prog. Diploma, jadi D3 dihitung juga sebagai prodi mandiri) mewakili 3 kelompok bidang ilmu yang berbeda (6 IPA, 4 IPS). Sedangkan dalam STMIK Amikom Yogyakarta baru tersedia tujuh prodi termasuk program internasional dan magister.
akademik dihitung sebagai 1(satu) angkatan ujian. Selain itu, Universitas minimal memiliki 10 prodi ( prog. S1 dan /atau prog. Diploma, jadi D3 dihitung juga sebagai prodi mandiri) mewakili 3 kelompok bidang ilmu yang berbeda (6 IPA, 4 IPS). Sedangkan dalam STMIK Amikom Yogyakarta baru tersedia tujuh prodi termasuk program internasional dan magister.
Melihat kondisi Amikom yang sekarang, dengan
luas yang terbatas, sulit kiranya untuk menambah sebuah prodi baru. Bukan hanya
soal luas yang terbatas sebenarnya. Kondisi kampus ungu yang sekarang meski
telah memiliki nama yang besar, justru belum memiliki pelayanan terbaik bagi
mahasiswanya. Sebagai contoh,
ada salah satu laboratorium yang tidak memiliki alat praktikum, hanya
menggunakan simulasi saja. Padahal alat tersebut sangat dibutuhkan bagi para
mahasiswanya agar bisa langsung mempraktikkannya tanpa menggunakan simulasi
lagi, tentu akan lebih mudah memahaminya.
Dari bidang akademik kita beralih ke
bidang pelayanan lainnya. Kondisi kantin dan basement nampaknya juga perlu diperhatikan, kedua tempat itu
terlihat kumuh dan tak terawat. Padahal seharusnya, tempat inilah yang harus
lebih dijaga kondisi kebersihannya, mengingat kedua tempat ini adalah tempat
yang sangat vital, karena tempat ini merupakan tempat yang paling ramai
dikunjungi terlebih lagi sebagai tempat makan, sudah semestinya kebersihan
menjadi prioritas utama di sini.
Perpustakaan sebagai tempat untuk
mencari referensi dalam belajar, juga dirasa masih kurang, Karena keterbatasan
ketersediaan buku dan jumlah komputer yang terbatas, serta ruang-ruang lainnya
yang dianggap perlu. Selain itu, di STMIK Amikom Yogyakarta juga masih belum
memiliki tempat untuk UKM-UKM dalam melakukan pelatihan maupun menyelenggarakan
acara-acara. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi UKM untuk bisa berkembang cepat. Dalam
hal ini, aula BSC misalnya yang sering di gunakan untuk menyelenggarakan acara
juga belum efektif. Karena banyaknya UKM yang ada di Amikom harus berebut untuk
mendapatkan izin menggunakan aula BSC.
Ketersediaan taman juga sangat penting, selain
sebagai daerah resapan, keberadaan taman juga bisa menjadi sumber asupan
oksigen. Melepas penat sehabis belajar, sangatlah efektif untuk menenangkan
diri di taman. Ketersediaan taman di
Amikom sangat memprihatinkan. Parahnya lagi, dengan luas taman yang tidak
seberapa sering kali didapati tanah yang berada di pot dalam keadaan kering
kerontang. Luas kampus yang sempit, tidak menjadi alasan untuk meminimkan
taman, di zaman sekarang sudah banyak cara untuk menyiasati pembentukan taman
di lahan sempit, taman vertikal misalnya.
Nampaknya STMIK Amikom terlalu sibuk
membesarkan namanya hingga terlupakan bagian kecil yang mungkin dianggap
sepele. Hal diatas hanyalah beberapa hal yang terlihat saja, belum menelusuk
lebih jauh lagi. Sekarang Amikom memang sudah memiliki nama yang besar, predikat
itu cukup membanggakan bagi kita para mahasiswa STMIK Amikom Yogyakarta. Tapi,
hal yang harus diingat, bahwa Amikom unggul di dalam tingkatan STMIK. Jika saja
STMIK Amikom mengubah statusnya menjadi universitas, maka dapat dipastikan bahwa
peringkat Amikom akan menurun bahkan hilang.
Mengubah status menjadi universitas rasanya
adalah sesuatu yang berat. Baiknya mimpi itu disimpan terlebih dulu sampai
nantinya, STMIK Amikom sudah benar-benar siap. Saat ini baiknya STMIK Amikom
tetap menjaga eksistensinya, jangan terlalu membanggakan diri dulu atas apa
yang telah di capai. Mari sama-sama kita membangun STMIK Amikom agar bisa lebih
berkembang lagi dan menjadi sebuah perguruan tinggi yang maju. Dari pada sibuk
memikirkan pembentukan universitas yang masih belum jelas. Lebih baik kita
memikirkan sesuatu yang sudah ada. Sampai saat ini akreditasi prodi di Amikom
masih di dominasi B. hanya D3 Manajemen Informatika yang meraih akreditasi A.
maka dari itu, harusnya hal itu lah yang lebih penting, menaikkan akreditasi
prodi dari B ke A, dengan memperbaiki sistem pendidikan dan pelayanan yang
terbaik bagi seluruh mahasiswanya. Barulah,
mimpi selanjutnya siap untuk di rencanakan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar