Elmirats Episode 2


Sepeda motor yang membawanya menuju kampus kembali berhenti, ketika lampu lalu lintas kembali menyala merah. Trio meraih ponsel dari sakunya, wajahnya terlihat cemas saat ia menatap layar ponselnya yang menampilkan waktu 08.28, itu artinya tinggal dua menit lagi kegiatan PSU akan dimulai. Pandangannya beralih pada lampu APILL yang masih menampilkan angka 92. Kurang lebih satu kilo meter lagi ia akan tiba di kampus, melihat kondisi jalan ring road utara yang selalu padati kendaran, mustahil rasanya ia bisa tiba di kampus dalam waktu kurang dari dua menit.
Sampai di kampus, Trio sudah terlambat tiga menit dari jadwal yang sudah ditetapkan. Turun dari motor, tak lagi dihiraukan kakaknya dan langsung melesat menuju gedung unit IV. Jantungnya turut berpacu, sebagai mahasiswa baru wajarlah ia merasa gugup karena datang terlambat di hari pertama masuk kuliah. Sampai lantai dua, ia mengatur napas, dan dengan perlahan membuka pintu. Diedarkannya pandangan keseluruh ruang kelas. Ia berjalan canggung dan duduk di depan meja dosen –tepatnya kursi kedua dari meja dosen–  menghadap selatan. Ia kembali bernapas lega saat mengetahui PSU belum dimulai. Bagi Trio saat-saat seperti ini ia sangat bersyukur dengan adanya budaya ngaret di Indonesia.
Trio mengibas-ngibaskan kerah bajunya karena gerah, padahal dua pendingin ruangan yang terpasang didinding belakang masih bekerja normal. Tatapannya lurus kedepan, didapatinya seorang yang duduk di depannya sedang senyum-senyum sendiri dengan kepala menunduk kebawah. Trio memperhatikan kanan kirinya, mencari tau apa yang membuat orang itu senyum-senyum sendiri. Lantas, ia tersadar bahwa bajunya telah berantakan, segera ia merapikan kerah baju dan dasinya yang hampir terlepas. Kembali ia menatap orang di depannya dan saat yang bersamaan orang itu mengangkat kedua tangannya keatas meja beserta buku yang ada dalam genggamannya. Barulah Trio mengerti, sejak tadi orang itu senyum-senyum Karena sibuk membaca buku, mungkin buku komedi, tapi entahlah, dia tidak melihat cover bukunya. Hei, kenapa dia jadi memikirkan hal yang tidak penting itu.
Tak lama kemudian pintu berderit, seseorang berpakaian rapi dan berdasi memasuki ruangan, disusul oleh temannya di belakang yang juga mengenakan dasi –entah kenapa kampus ini memang dikenal sebagai kampus berdasi– kedua orang itu sudah tentu adalah dosen yang akan menjadi fasilitator pada kegiatan PSU hari ini. Salah satu diantaranya duduk di bangku dosen dan satunya lagi memberi salam, sambil menyapa dan membuka kegiatan Pelatihan Super Unggul.
***
Waktu istirahat, semua para peserta keluar ruangan satu persatu setelah itu mengantre untuk mengambil snack yang telah disediakan. Setelah menerima snacknya, Trio duduk di kursi besi panjang. Ia meletaknya snacknya dalam pangkuannya, ia lebih tertarik untuk meraih ponselnya dan berselancar di aku8nn facebooknya. Terlalu asik bermain di facebokk, sampai-sampai ia tak sadar ada orang disebelahnya yang menatapnya karena sesekali ia tertawa dengan keras. Orang disampingnya itu menepuk paha Trio dan menyapanya “Kenapa ketawa-ketawa sendiri gitu?”
“Liat beranda facebook, ada-ada aja status orang sekarang ini,” jawab Trio, setelah itu kembali menatap layar ponselnya. Sifatnya yang masih pemalu membuatnya susah akrab dengan orang baru, padahal tadi saat PSU mereka belajar tentang cerita khayal dan juga pengembangan diri, serta motivasi untuk lebih menambah kepercayaan diri.
Orang disampingnya juga ikut sibuk menggerakkan jari-jarinya dengan cepat diatas layar ponselnya, sambil berbicara dengan temannya yang juga duduk disebelahnya. Trio nmengenali wajah kedua orang itu, mereka berdua juga berada dalam satu kelas dengan Trio saat PSU tadi, tapi dia lupa siapa namanya. Tak mudah memang mengingat nama banyak orang dalam waktu yang singkat. “kita satu kelas kan tadi?” Suara orang disebelah Trio tadi sedikit mengejutkannya.
“Hahh, eh iya tah?” Trio malah balik bertanya pura-pura tidak tahu.
“Iya, tadi aku duduk dibarisan depan dekat pintu masuk, kamu yang terakhir masuk tadikan? Oh ya nama kamu siapa? Aku lupa, tadi terlalu banyak yang memperkenalkan diri,” orang itu mengulurkan tangannya kearah Trio.
Trio menyimpan ponselnya di tangan sebelah kiri, sementara tangan kanannya menyambut uluran tangan orang itu, mereka berdua bersalaman sambil berkenalan, “Namaku Tri Satrio, biasanya dipanggil Trio, nama kamu? Aku juga lupa, hehehe.”
“Namaku Arif Syaifullah, panggil saja Arif, kenapa kuenya gak dimakan?
“Oh ya, ngecek hp dulu tadi, malah kebablasan,” Trio membuka kotak snacknya, menjuput sepotong kue lapis dan memakannya.
Arif dan Trio banyak bercerita, mulai dari asal sekolah, pengalaman mereka sewaktu di sekolah, dan juga kronologis mereka bisa sampai di kampus ini. Sedang teman Arif yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua hanya diam, sibuk bermain game.

Beberapa menit setelah istirahat, mereka kembali memasuki ruang kelas. Trio duduk di tempatnya semula, orang yang tadi duduk di depannya sudah pindah di pojok masih dengan bukunya yang seolah telah menyatu dengan tangannya sehingga tak bisa terlepas.
Usai PSU hari pertama, Trio berjalan tanpa tujuan yang jelas sambil menunggu kakaknya datang menjemput, sampai ia tiba di sebuah taman yang dipenuhi dengan dua bangku panjang yang saling berhadapan dengan meja ditengahnya dan dilrngkapi dengan atap. Di taman itu juga terdapat dua warung kecil di masing-masing sudut pagar taman, satu warung menjual makanan ringan dan satunya lagi menjual es. Trio duduk di salah satu kursi yang masih kosong, kembali mengeluarkan ponselnya dan membuka akun facebooknya.
***
 Riyan baru saja selesai melaksanakan shalat zuhur di masjid kampus. Setelah memakai sepatu, ia turun sampai kelantai dasar. Ia keluar dari unit II, karena masih siang, ia berencana untuk makan siang sambil membuat tulisan. Segera ia berjalan menuju tempat favoritnya di kampus, yaitu disebuah taman kecil yang berada di sisi kiri gedung pasca sarjana.
Sampai disana, tidak ada tempat yang kosong, hanya ada satu tempat yang diduduki satu orang yang terlihat sedang memaikan ponselnya. Riyan memutuskan untuk pergi, tapi setelah dia tahu orang itu adalah teman satu kelasnya tadi, dia pun memberanikan diri untuk mendekati orang itu.
“Permisi mas, boleh saya duduk disini?” Tanya Riyan pada orang itu, setelah ia tiba ditempat orang itu duduk.
“Oh iya mas, silahkan. Santai aja, ini kan tempat umum,” Jawab orang itu dengan nada masih malu-malu juga.
“Terimakasih mas, saya tidak mengganggu kan?”
“Enggak kok, duduk aja mas,” Sambil menggeser tempat duduknya.
“Saya disini aja mas,” Riyan duduk bersilangan dengan orang itu. Mereka berdua hanya duduk diam membisu, masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri. Riyan mengeluarkan buku catatannya dan mulai menulis tentang pengalamannya hari ini, hari pertamanya mengikuti PSU, bertemu dengan teman-teman baru. Dan mendapatkan ilmu tentang bagaimana mengembangkan bakat dan potensi diri. Sesekali ia berhenti, mencoba mengingat-ingat dan juga memikirkan kata yang cocok, agar ceritanya terkesan menarik. Tak lagi dihiraukannya kerumunan orang-orang. Itu adalah kebiasaannya ketika sedang menulis atau pun membaca, selalu cuek dengan keadaan sekitar, seakan ia merasa hanya ada dirinya di dunia ini. Bahkan selera makan siangnya pun hilang.
“Dua orang atau lebih yang dipertemukan Tuhan secara tidak sengaja dengan cara-cara yang juga tidak biasa biasanya mengandung makna tersembunyi, bisa karena mereka memiliki ikatan keluarga tanpa mereka ketahui, ataupun hanya sebagai teman, tapi bukan teman yang biasa”
Mendengar perkataan itu, membuat Riyan berhenti dari menulis. Tak biasanya dia mudah terkecoh saat menulis, apalagi hanya dengan perkataan orang di depannya itu. Riyan menutup bukunya, dan menatap orang itu dengan tatapan heran, orang itu balas menatapnya dengan wajahnya yang terlihat seperti orang yang salah tingkah. Kemudian ia menunjukkan ponselnya kearah Riyan. Layar ponselnya menampilkan sebuah halaman facebook dimana sebuat kalimat yang baru saja dia ucapkan tertulis disana. “Baca status teman facebook,” Orang itu menambahkan penjelasan.
“Boleh aku liat sebentar?” Ucap Riyan sambil mengulurkan tangan kanannya.
“Boleh,” orang itu menyodorkan ponselnya yang langsung diraih oleh Riyan.
“Status teman kamu?” Tanya Riyan penasaran.
“Iya, Cuma temen facebook sih,” orang itu menjawab, tapi wajahnya terlihat bertanya-tanya, apa sebenarnya yang diinginkan oleh Riyan.
“Tunggu sebentar ya, aku segera kembali,” Riyan beranjak dari tempat duduknya hendak pergi.
“Eh itu, HPnya,” orang itu ikut berdiri sebelum Riyan melangkahkan kakinya.
“Oh iya, ini, maaf lupa,” kemudian pergi kearah warung es, sementara orang itu terus memandangi punggungnya dengan heran. Tak lama kemudian Riyan kembali menghampiri orang itu dengan membawa dua gelas milkshake ditangannya, dan memberikan yang satunya kepada orang itu.
“Makasih mas, bentar, aku ganti uangnya,” orang itu merogoh saku belakang celananya mengambil dompet.
“Udah gak usah mas, santai aja kali, ayo diminum, pasti haus kan, udaranya panas banget hari ini,” Riyan kembali duduk, kali ini berhadapan dengan orang itu. Lalu kembali bertanya, “Kamu kenal sama dia?”
“Hahhh, dia? Dia siapa? Yang mana?” Orang itu mengedarkan pandangannya kesana-kemari seperti sedang mencari seseorang.
Riyan hampir saja tersedak melihat tingkah orang didepannya itu “Maksudku, kamu kenal sama Raden Fikriyan itu?”
“Mmm, Cuma teman di facebook, gak kenal sama sekali, tapi dia itu orangnya baik.”
“Dari mana kamu tau, tadi kamu bilang gak kenal sama sekali?”
“Awal mulanya dulu sewaktu aku masih kelas XI aku pernah buat status, Karena merasa menyesal memilih SMK. Terus dia komen di statusku kasi motivasi gitu. Gak sengaja kau cek profilnya, karena kau kira dia temen aku atau orang yang kenal samaku. Tapi ternyata bukan, aku liat statusnya dia itu, selalu kata-kata bijak, kutipan-kutipan dari para penulis, juga beberapa kutipan hadis dan al-qur’an,” jelas orang itu panjang lebar.
Riyan terdiam sejenak, entah dia terlalu serius mendengarkan atau sedang memikirkan sesuatu, sampai akhirnya ia hanya berkata pendek, “Oh gitu ceritanya.”
“Iya, tapi dia itu misterius juga, di agak pernah kasi foto di profil facebooknya, data dirinya juga gak lengkap. Apa kamu kenal juga sama dia?” orang itu balik bertanya.
“Eh, mmm….” Riyan seperti sedang menjawab pertanyaan yang susah saja, ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan, “Oh ya, dari tadi kita ngobrol, tapi belum kenalan, kita satu kelas PSU tadi kan? Tapi aku lupa siapa nama kamu, namaku Riyansyah Azhari, keluargaku manggil aku Iyan, tapi teman-teman biasanya manggil Riyan.”
***
 Beberapa saat ketika Trio duduk, tiba-tiba ia dikejutkan oleh kehadiran orang meminta izin untuk duduk bersamanya. Orang itu adalah sikutu buku, begitulah dia menamai orang itu, orang yang sering dilihatnya menyendiri dengan bukunya selama PSU berlangsung. Tapi kali itu, orang itu tidak membawa buku, sepertinya sedang mendengarkan musik, terlihat ada sepasang earphone terpasang ditelinganya.
Awalnya ia mengira orang itu pendiam dan senang menyendiri, bahkan sempat berprasangka buruk, saat orang itu hendak pergi membawa ponselnya. Tapi, ternyata dugaannya salah, orang itu ternyata bisa sangat bersahabat. Hanya karena sebuah status facebook, bisa menjadi bahan pembicaraan yang panjang dan menyenangkan. Bahkan orang itu membelikannya milkshake, disaat memamg dirinya merasa haus. Dan lupa membawa uang, tapi pura-pura ingin mengganti, beruntung orang itu tidak bersedia di bayar, andai saja orang itu mau menerima bayaran, entah apa yang akan di lakukan Trio.
Sekian lama mereka mengobrol, Trio bertanya balik pada orang itu, apakah dia kenal dengan orang yang membuat status itu, yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Tapi orang itu malah terlihat seperti sengaja mengalihkan pembicaraan dan mengajak berkenalan. “Eh, mmm….” Orang itu diam sejenak, lalu kembali berkata, “Oh ya, dari tadi kita ngobrol, tapi belum kenalan, kita satu kelas PSU tadi kan? Tapi aku lupa siapa nama kamu, namaku Riyansyah Azhari, keluargaku manggil aku Iyan, tapi teman-teman biasanya manggil Riyan.”
Trio menyambut uluran tangan orang itu, “Namaku Tri Satrio, panggilannya Trio, tadi waktu kamu perkenalan kayaknya kau lagi permisi ke toilet, soalnya aku gak liat kamu perkenalan, tapi sejak kamu datang kesini tadi aku bisa tau nama kamu dari situ” Trio menunjuk dada sebelah kanan Riyan yang bertuliskan nama Riyansyah Azhari.
“Oh iya, berarti percuma kau memperkenalkan diri tadi. kalo aku panggil Tio, kamu gak keberatan kan?”
“Kenapa harus Tio?” Tanya Trio
“Biar beda aja, hehehe.”
“Ya, terserah kamu saja, biar beda, luar biasa, bagus sekali ya?”
Riyan mengerutkan alisnya mewakili pertanyaan dari mana Trio bisa tau kata-kata itu.
“Itu, tadi waktu kamu persi, aku gak sengaja liat di belakang jaket kamu.”
“Oh itu, itu yel-yel kelas dulu sewaktu SMA, kamu asalnya dari mana?”
“Aku aslinya dari Lampung, tapi nenek aku orang Kulon Progo, kamu darimana?”
“Eh Tio, maaf ya, aku harus pulang sekarang. Assalamualaikum,” Riyan menyeka hidungnya, kemudian memakai masker dan pergi berlari meninggalkan Trio. Sampai iya tak lagi tampak di terhalangi gedung kampus, dia lupa membawa buku catatannya tadi.

Trio terus memandangi Riyan, sampai tak lagi tampak diantara gedung-gedung tinggi yang menutupinya, ponselnya berdering tanda pesan masuk, setelah menatap layarnya sebentar, ia bangkit dan tak sengaja tangannya menyentuh sebuah buku. Ia mengambil buku itu, lantas pergi menemui kakaknya yang sudah menunggunya di depan kampus.
SHARE

Rizki Adrilianto

Hanya blogger sederhana yang suka hal baru di internet!! dan suka KEPO!!

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html