Baru saja aku duduk di bangku mobil, telepon genggamku berbunyi,
satu panggilan masuk dari Sam. Saat itu adalah hari ke-2 Hari Raya Idul Fitri,
Sam bersama Bima mengajakku untuk pergi ke pantai cemara indah. Tapi aku
menolaknya, sebab aku akan berangkat ke Meulaboh.
Mobil mulai melaju, aku ikut dengan paman dan
bibiku ke rumah mereka di Meulaboh. Bukan karen alasan untuk liburan, tetapi
karena ada sesuatu hal. Beberapa hari sebelum bulan puasa, aku gagal dalam
SBMPTN, karenanya atas ajakan temanku, aku mendaftar di UMB-PTN, aku mengambil
UNSYIAH, UNDIP, dan beberapa PTN lagi, aku sudah lupa dimana. Ujian dimulai
satu minggu pasca Idul Fitri. Dan aku mengambil lokasi ujian di Meulaboh, Aceh
Barat.
Setiap hari raya,
keluarga besar kami selalu berkumpul di rumah nenek, paman-pamanku yang ada di
Tapaktuan dan Bibi ku di Meulaboh juga datang kesini beserta keluarganya. Hari
raya kedua, aku ikut bersama paman dan bibiku pulang ke Meulaboh, untuk
mengikuti UMB-PTN. Kurang lebih memakan waktu 10 jam dari Aceh Singkil menuju
Aceh Barat, tapi waktu itu bisa jadi lebih lama lagi, karena kami singggah di
setiap kabupaten kota yang kami lewati, di Kota Subulussalam, kami berhenti
untuk makan siang, sampai Aceh Selatan kami singgah untuk shalat Ashar, hingga
tiba di Tapaktuan, kami kembali berhebti untuk shalat Magrib, dan berhenti lagi
untuk Shalat Isya’ saat tiba di Abdya.
Usai shalat Isya’,
kami langsung melanjutkan perjalanan, malam sudah semakin larut, meski sudah
tidak sangat jauh lagi, kami menepi dan beristirahat sebentar di dalam mobil,
padahal kami sudah memasuki Kabupaten Nagan Raya, dan itu artinya sebentar lagi
kami akan tiba di Aceh Barat, tapi karena sudah terlalu lelah, pamanku memilih
untuk beristirahat sejenak, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Hanya beberapa jam saja, kami kembali melaju di jalanan yang sudah tampak
lenggang dengan kecepatan sedang. Beberapa jam selanjutnya kami tiba di Aceh
Barat dan tak lama kemudian sampai di rumah, Kami tiba di rumah jam 2 pagi.
***
Keesokan harinya aku bersama sepupuku berjalan-jalan
sekitar kompleks perumahan yang semuanya rumahnya bentuknya sama, karena
merupakan rumah bantuan tsunami. Sudah lama aku tidak berkunjung kesini,
terlihat sekali perbedaannya, perkembangan kota ini sangat pesat, jembatan yang
dulunya hanya di akses untuk satu jalur dua arah kini telah diperlebar hingga
dua jalur satu arah, begitu juga jalan yang dulunya kecil, kini telah melebar
menjadi jalur dua.
Kami mengunjungi
beberapa situs dikota ini, awalnya kami hanya berkunjung ke pantai, memandangi
laut dari atas bangunan bekat mess TNI, dari sana kami menuju monumen Kopiah
Meukutop. Kopiah Meukutop adalah topi khas Aceh. ada satu tempat yang ingin
sekali aku kunjungi di Kota kelahiran Teuku Umar ini, yaitu makam Teuku Umar,
tapi waktu belum mengizinkannya. Kota Meulaboh, sebagai ibukota Kabupaten Aceh
Barat adalah satu satu kota yang sangat maju di Aceh. Meulaboh juga dikenal
dengan Masjid Rayanya yang megah, arsitektur timur tengah dan India terasa
disana. letaknya tak jauh dari Kantor Bupati Aceh Barat.
***
Sehari sebelum
ujian, kami pergi ke UTU bersama Aris, sepupuku. UTU atau Universitas Teuku
Umar ini, bangunannya masih sangat sederhana letaknya jauh dipedalaman. Tapi
Universitas ini baru saja memperoleh status negeri dari pemerintah, dan menjadi
Perguruan Tinggi Negeri pertama di wilayah Barat – Selatan Aceh. Dari UTU, kami
melewati SMAN 1 Meurebo, dan berbelok memasuki halamannya untuk mencari ruang
ujian, SMA yang nantinya akan menjadi lokasi ujianku.
Malamnya,
seseorang menghubungiku, orang itu adalah anak angkat nenekku dulu saat
bertugas di Singkil, Beliau mengajakku kerumahnya. aku dikenalkan dengan
anggota keluarganya, istrinya, dan anaknya bernama Aan, kami banyak bercerita
tentang keluargaku, tentang keadaan Singkil saat ini, dan banyak lainnya.
Karena malam semakin larut aku meminta untuk kembali ke rumah bibiku, awalnya
mereka memintaku untuk menginap, tapi karena aku masih segan, aku menolaknya
dengan alasan bahwa besok harus ujian.
Akhirnya aku di
antar pulang oleh bg Aan, di perjalanan pun kami banyak bercerita, dia banyak
memotivasi aku dan menyemangati untuk ujianku. Sampai di rumah Bibiku dia
memberiku nomor telepon dan memintaku untuk menghubunginya saat butuh bantuan.
Aku tak menyangka ternyata dia ramah dan baik, awalnya aku kira tidak, karena
dia terlihat begitu pendiam, tetapi pemikirannya sangat dewasa.
***
Sebelum pukul
tujuh, aku sudah berangkat kelokasi ujian, aku berkenalan dengan orang-orang
sekitar yang juga menjadi peserta dalam ujian, awalnya malu-malu, tapi
lama-kelamaan sudah sangat terbuka. ya, begitulah memang ciri khas orang Aceh,
awalnya memang sangat tertutup, tapi jika sudah sangat kenal, mereka akan
sangat terbuka. Filosopi ini tergambar dalam rumoh Aceh, rumah adat khas Aceh
dimana pintu masuknya sangat sempit, tetapi dalamnya sangat luas, dan tanpa
sekat.
Ujian dimulai dari
pukul 07.00 hingga pukul 12.00, termasuk istirahat. Sebelum memasuki kelas,
seseorang bertanya padaku, dimana dia bisa menemukan toko untuk membeli pensil,
aku menjawab tidak tauh, karena kau pendatang disini, tapi aku berikan satu
buah pensilku kepadanya. Kami sempat berkenalan, tapi aku lupa siapa namanya
dan wajahnya, bahkan saat dia menghampiriku di parkiran motor dan mengembalikan
pensilku, aku tidak tahu bahwa dia orang yang tadi aku pinjamkan pensil.
Selesai ujian, aku
kembali pulang, jaraknya tidak cukup jauh, kira-kira 15 menitan. Hasil ujian
baru akan keluar sebulan kemudian. Tiba dirumah aku makan siang, kemudian
beristirahat sejenak. Setelah itu kami kembali mengarungi kota Meulaboh bersama
sepupuku. niatnya aku ingin berlibur disini sampai ualng tahunku, tapi mamaku
menyuruhku pulang, aku minta waktu dua hari lagi. Mamaku menyuruhku untuk
singgah di Air Berudang, tempat bibiku juga, katanya Ayahnya sakit parah. Tapi,
tepat hari aku akan pulang, ayahnya sudah meninggal. Aku berangkat sekitar
pukul 10 pagi dari Meulaboh, menaiki minibus jurusan Singkil. Sekitar pukul 15,
aku tiba di Air Berydang dan turun disana.
Sayang, jenazahnya
sudah dimakamkan, Meski dalam keadaan berduka, aku masih disambut dengan baik,
seperti biasanya saat aku kesini. Keluarga disini memang sangat ramah dalam
menjamu tamu apalagi saudara jauh. Aku tiba lebih dulu, sementara keluargaku di
Singkil, baru akan berangkat besok pagi. Aku mengikuti rangkaian kegiatan
hingga selesai, sampai keesokan harinya, keluargaku tiba di sana. Sorenya kami
kembali pulang ke Singkil bersama-sama.
***
Awalnya, aku
mengira liburan ke Meulaboh bisa menambah pengetahuanku lebih dalam tentang
Teuku Umar, aku sudah menyiapkan berbagai rencana tempat mana saja yang akan
aku kunjungi, mulai dari monumen Kopiah Meukutop, Makam johan pahlawan Teuku
Umar, dan tomgkatnya Teuku Umar, tapi aku hanya berhasil mengunjungi satu
tempat saja, dan hanya bertemu dengan Universitas Teuku Umar, yang menjadi
panitia lokal dalam pelaksanaan UMB. Satu bulan kemudian, aku dinyatakan lulus
jurusan Teknik Informatika di Universitas Malikussaleh, tapi karen
akreditasinya belum baik, aku menolaknya.
0 komentar:
Posting Komentar